Lita Lestari Utami
Mendeteksi Kehidupan
Pencarian air (H2O) dalam basis kehidupan yang kita kenal saat ini sangatlah penting. Pencarian terhadap air sudah sering dilakukan dan dikaji secara teori oleh beberapa ilmuwan khususnya geologi yang kini tergabung dalam ilmu multidisiplin salah satunya kita kenal dengan kajian ilmu astrobiologi. Astrobiologi adalah ilmu multidisiplin untuk memahami asal kehidupan di Bumi dan menentukan potensi kehidupan di tempat lain di alam semesta. Pertanyaan yang sering diajukan beberapa ilmuwan adalah bagaimana kehidupan dimulai dan berkembang, jika telah ditemukan bentuk kehidupan di tempat lain dari kosmos, bagaimana masa depan untuk kehidupan di planet kita. Meskipun pertanyaan-pertanyaan ini menggoda para ilmuwan untuk memiliki imajinasi mengenai kehidupan di tempat lain, peneliti sekarang baru mampu secara sistematis menyelidiki subjek dari berbagai perspektif, termasuk mikrobiologi, astrokimia, evolusi planet, genomik, atmosfer kimia, geobiologi, dan masih banyak lagi.

 
Dilihat dari luar angkasa, daratan di bumi muncul dan terlihat sebagai pulau kecil dalam lautan luas. Meskipun ada air di planet dan satelit lain, tetapi belum ditemukan planet dengan permukan lautan seperti bumi. Ukuran planet, jaraknya dari matahari dan geologi yang terbentuk seakan semua saling berinteraksi menghasilkan hamparan besar air yang kita temukan disini dan hari ini.  

Diketahui air dalam bentuk cair begitu penting bagi semua bentuk kehidupan, maka pencarian kehidupan lain di alam semesta berpusat pada pencarian air. Beberapa ahli geologi berpikir bahwa gunung berapi meletus akan menghasilkan uap air dan gas-gas lainnya yang kemudian membentuk awal lautan di bumi kita. Beberapa ahli geologi lain mempercayakan bahwa setidaknya beberapa dari lautan yang ada di bumi berasal dari komet dan meteorit yang mengandung air pada saat planet dalam usia muda. Hal ini diperkuat dengan ditemukannya sebuah meteorit yang ditemukan di Texas yang mengandung sejumlah air yang terkandung dalam Kristal halit. Kandungan yang seperti ini dipercaya hadir sekitar 4,5 miliar tahun yang lalu ketika sistem tata surya sedang dalam tahap pembentukkan. Dalam kristal tersebut dtemukan beberapa bakteri tua yang tertangkap diantaranya.

Para ilmuwan yang mempelajari meteorit, terutama yang kaya akan karbon menemukan bahwa terdapat kandungan air sebesar 20% dari sampel yang mereka miliki. Bukti ini menunjukkan bahwa kemungkinan air terlebih dahulu hadir sebelum bumi terbentuk dan berasal dari benda luar angkasa. Bagaimanapun asalnya, air pertama yang hadir di bumi dalam bentuk uap yang tergantung bebas di atas permukaan planet yang masih panas. Setelah kerak bumi mulai mendingin, uap air mulai terkondensasi menjadi hujan dan kemudian berbaliklah sebuah planet yang tandus kini menjadi apa yang para astronot lihat yaitu planet biru. 
 
Saat ini kita bisa menemukan banyak air di Bumi. Tetapi sebagian besar sekitar 97% adalah air tanpa pengolahan dalam artian tidak untuk diminum atau dipakai karena 2% air terkunci dalam es (air bawah tanah, sungai, danau , dan gunung es yang ada di kutub Bumi). Air dalam bentuk es dapat ditemukan di satelit Jupiter yaitu Europa yang diyakini memilki kandungan air lebih banyak daripada bumi.
  
Air adalah senyawa dengan dua bagian hidrogen dan satu bagian oksigen. Tidak seperti beberapa planet besar seperti Jupiter (Hidrogen berlimpah), massa gravitasi Bumi tidak cukup untuk menahan hidrogen. Sebagian besar dari itu melarikan diri ke ruang angkasa. Sebagai elemen paling ringan, hidrogen membutuhkan elemen berat untuk menangkap dan menahan sebagai jangkar. Oksigen, belerang, dan karbon semua bertindak sebagai jangkar tersebut. Ketika dua atom hidrogen dihubungkan dengan atom oksigen, mereka berbagi elektron dan hasilnya adalah air. Molekul airpun cukup ringan untuk menjadi udara dan dengan demikian menguap dan beredar di atmosfer.


Matahari, bulan, rotasi bumi semua dalam keadaan tetap sedangkan air terus bergerak, beredar melalui lautan dan atmosfer kita. Hampir satu triliun ton air terus menguap setiap harinya karena akibat reaksi dari panas matahari. Kemudian uap tersebut mengembun dan jatuh lagi sebagai hujan air, hujan es, dan salju. Meskipun jumlah air di bumi terlihat konstan secara angka tapi keberadaannya tidaklah merata. Air mengalir di sungai, mengendap di tanaman, dan merayap melalui tanah menjadi akuifer yang luas di bawah permukaan bumi kita. Para ilmuwan memperkirakan bahwa 75% dari 99% air di bumi di simpan dalam akuifer yang luas di bawah permukaan bumi. 75% merupakan gabungan dari anak sungai, sungai dan danau jika di gabungkan. Tetapi di banyak tempat seperti afrika air merupakan komoditi yang langka. Baru dapat ditemukan di daerah lapisan bahwa tanah batuan yang berpori, seperti batu berpasir, dimana air terjebak di antara partikel. Cadangan air seperti ini bisa di jadikan sebagai sumber yang mampu mencakup ribuan kilometer persegi mata air dan sumur di seluruh dunia.


Peranan Air
“Semua Organisme di Bumi Memerlukan Air untuk Bertahan”. Hal ini dimaksudkan bahwa air merupakan elemen penting agar fungsi sel tetap terjaga sebagaimana mestinya. Tanpa air dalam bentuk mineral, maka bahan makanan (nutrient) dan garam tidak bersirkulasi dengan baik, yang kemudian akan pecah dan bergabung dengan cairan lainnya. Baik tanaman maupun hewan, akan melakukan sekresi, mengairi sel, melarutkan mineral, melakukan impuls, pelarutan kalsium dalam tulang, dan hidrat jaringan semuanya memerlukan bantuan air.

Bahkan oksigen yang kita hirup adalah hasil dari air. Tanaman menggunakan energi matahari dan air untuk bergabung hidrogen dengan karbon untuk menghasilkan makanan mereka. Kegiatan ini melepaskan atom oksigen ke atmosfer. Namun, tidak semua air yang digunakan untuk produksi makanan. Air melewati tanaman dengan kecepatan tinggi. Misalnya pohon willow, membutuhkan lebih dari 18.925 liter (5.000 gal) air selama musim panas. Tanaman kehilangan air penguapan melalui ratusan ventilasi kecil yang dikenal sebagai stomata. Hasilnya adalah air laut yang tertinggal di udara.


Langkah dalam Pemahaman Kajian Astrobiologi

Material Awal Sebagai Bahan Organik
Mengungkap misteri kehidupan adalah tugas yang rumit. Untuk memahami bagaimana kehidupan muncul di planet ini, para ilmuwan sedang memeriksa di mana bahan organik yang dikatakan sebagai prasyarat untuk hidup berasal. Terutama dalam mempelajari atmosfer awal Bumi, sistem hidrotermal, dan bahkan materi dari ruang angkasa seperti meteorit yang di jadikan kandidat kehidupan juga.

Pembentukkan Sistem Kehidupan Kompleks
Proses di mana bahan kimia dan energi saling berinteraksi membentuk sistem kehidupan yang kompleks di analisis dalam bidang ilmu astrobiologi. Para peneliti mencoba untuk menentukan  aturan yang mendasarinya yang memungkinkan molekul saling berinteraksi dan membentuk sistem selular dalam berbagai lingkungan. Para peneliti tersebut mengeksplorasi interaksi kimia yang berbeda antara sistem kehidupan, serta penemuan organisme dalam catatan fosil.

Evolusi Kehidupan dan Planet Bumi
Seperti kehidupan di lingkungan planet ini, perubahan lingkungan juga perlu di respon. Para peneliti kini sedang memeriksa evolusi ini dengan mempelajari apa yang memotivasi perubahan dan bagaimana hasil evolusi pada molekul dalam skala waktu, organisme, dan dalam ekosistem. Mereka melihat genom mikroorganisme yang memiliki perbedadan, berharap untuk menemukan faktor genetik dan lingkungan yang mempengaruhi keanekaragaman hayati.

Kehidupan di Lingkungan Ekstrim

Sampai saat ini, beberapa tempat di Bumi yang dianggap terlalu keras untuk kehidupan yang ada. Anehnya meskipun hidup di lingkungan ekstrim, termasuk danau es padat di Antartika, batuan bawah tanah, mata air mendidih, dan tinggi-tekanan, suhu tinggi berventilasi hidrotermal di dasar laut, semuanya telah ditemukan untuk pelabuhan hidup organisme. Para ilmuwan melihat adaptasi yang diperlukan untuk hidup di daerah-daerah ekstrim dan penggunaan informasi sebagai analog untuk mencari lokasi yang mungkin untuk kehidupan di dunia lain seperti Mars dan Europa satelit Jovian.

Jejak Kehidupan
Sebagai kondisi yang dibutuhkan untuk kehidupan muncul semakin dipahami. Peneliti mampu membangun senyawa bio-molekul sebagai jejak dan isotop yang mengindikasikan adanya kehidupan. Dengan adanya jejak kehidupan seperti ini membantu para peneliti dalam mengumpulkan teka-teki kehidupan di Bumi dan memberikan petunjuk untuk menemukan tempat lain.

Kehidupan di Mars
Para peneliti terus mencari bukti kehidupan masa lalu dan sekarang di Mars. Misi masa depan robot akan dapat membawa kembali sampel untuk analisis, dan studi lanjutan dari meteorit Mars dan akan membantu menguak sisi lingkungan Mars serta organisme masa lalu yang ramah terhadap hidup.

Planet di Sekitar Bintang Lain
Dalam lima tahun terakhir, beberapa planet baru sering di temukan di luar tata surya kita sebesar Jupiter dan Saturnus. Secara perlahan, para ilmuwan terus melakukan investigasi secara halus dalam beberapa penelitiannya untuk menemukan planet yang lebih kecil mirip seperti bumi yang mengorbit bintang–bintang jauh.

Pencarian Air
Peneliti mencoba untuk memahami bagaimana planet atau bulan memperoleh dan menyimpan air yang tampaknya penting sebagai sumber daya bagi kehidupan untuk tumbuh dan berkembang. Beberapa teoripun sedang mulai dikembangkan untuk menentukan komponen dan proses yang diperlukan untuk membentuk basis dalam tubuh. Dengan profil air seperti bumi akan membantu kita menemukan mengapa Bumi memiliki banyak air dan menemukan dunia yang mirip dengan kita (Bumi).

Masa Depan Bumi
Dalam memecahkan kode asal usul kehidupan, Astrobiologi berusaha untuk mencari tahu bagaimana masa depan bagi kehidupan di planet kita. Untuk melakukan hal ini, peneliti harus meneliti bagaimana ekosistem serta menanggapi berbagai gangguan listrik pada tingkat global dan lokal. Studi ini akan membantu mengidentifikasi apa yang mungkin terjadi jika perubahan lingkungan terjadi lebih cepat daripada kemampuan kehidupan untuk beradaptasi.

Upaya Kolonisasi
Untuk memahami bagaimana kehidupan dan bagaimana kita dapat menyesuaikan diri dengan situasi di luar planet kita, ilmuwan akan terus menguji adaptasi organisme Bumi dengan kondisi gravitasi rendah, dan lingkungan dengan radiasi tinggi. Misi seperti stasiun ruang angkasa, akan menyediakan laboratorium yang diperlukan untuk memperluas percobaan ini.

Pencegahan Kontaminasi
Setiap kali kami mengunjungi sebuah badan luar angkasa dipastikan akan adanya potensi kontaminasi. Penyidik ​​sekarang mengembangkan pedoman untuk melindungi semua lokasi terhadap kemungkinan ini. Mereka juga mencoba memahami mekanisme yang dapat memungkinkan kehidupan untuk bermigrasi secara alami dari satu benda angkasa yang lain.

Pembentukkan Teknologi Baru
Karena alam semesta kita begitu luas, masalah belajar Astrobiologi dapat dipecahkan hanya dengan teknologi dan metode yang lebih canggih. Dengan adanya ketersediaan alat baru, para ilmuwan akan membuat langkah besar dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan mendasar tentang peran kehidupan di alam semesta kita.


- Lita Lestari Utami -
Lita Lestari Utami
Sehari setelah seminar pendidikan astronomi Indonesia, pada tanggal 27 Oktober 2011 di tempat yang sama yaitu, aula barat ITB diadakan seminar HAI (Himpunan Astronomi Indonesia) 2011. Acara ini dilaksanakan dua tahun sekali. Alhamdulillah dua tahun tahun lalu pun (tahun 2009) mengikutinya sebagai pelajar SMA dan sekarang mengikuti kembali (tahun 2011) sebagai mahasiswa.

Acara ini dibagi dua ruang yaitu kelas A dan kelas B. Tepat di kelas A untuk materi popularisasi dan promosi astronomi. Sedangkan kelas B di isi dengan materi yang cukup berat (bagi yang memang mengerti) karena kita akan mendengar hasil-hasil TA (Tugas Akhir) para mahasiswa dan penelitian lanjut dari beberapa para astronom profesional.

Sebenarnya sangat di sayangkan jika tidak melihat dan duduk mendengar materi di kelas B. Karena kesempatan mendengarlkan materi berat dan belum pernah di dengan sebagai amatir bisa kita dengar saat itu juga. Tapi entah kenapa lebih tertarik dari awal di kelas A. Karena jujur dari bahasa dan alur, akan lebih dimengerti dan sebagai orang yang suka menulis dirasakan akan lebih baik tetap berada dikelas ini.

Di kelas A, presentasi pertama di buka dari komunitas astronomi bandung yang dikenal dengan sebutan Langit Selatan. Senang rasanya telah mengenal beliau semua yang tergabung di komunitas tersebut. Sangat-sangat ramah dan bisa di bilang tidak membedakan antara yang sudah profesional dengan yang amatir seperti saya ^^ khususnya mas Sungging. Langit Selatan merupakan komunitas dengan eksistensinya menyebarkan ilmu astronomi secara cuma-cuma di dunia maya. Keinginan ku menulis seperti ka Avivah benar-benar menjadi inspirasi. Meskipun setiap tulisan ku bersifat sederhana dan tidak dipenuhi dengan istilah astronomi berat. Tapi dengan melihat kemampuan dan niat kakak di Langit Selatan yang mau menyebarkan ilmu secara gratis. Membuat semangat ku menulis jadi lebih pede. Meskipun yang baru bisa aq hadirkan adalah materi dasar sesuai dengan kesimpulan dari sebuah bacaan yang aku baca (kesimpulannya semoga artikelnya jauh dari kesalahan… hhe).

Benar saja, selama mendengar materi di kelas A banyak sekali yang ingin dibahas dan berkeinginan untuk dibuat artikelnya, termasuk perhatian ku terhadap ‘Astronomi dalam Budaya Sunda’ yang dipaparkan bapak Suhardja D. Wiramihardja. Betapa banyak info yang sebelumnya tidak diketahui mengenai kebudayaan ini yang bercampur dengan kajian astronomisnya.

Sedikit saja dibahas, di budaya Sunda tidak hanya dikenal dengan sebutan ninik antehnya saja tapi ada penetuan waktu selama dua puluh empat jam dengan melihat dan mendegar kejadian alam disekitar masyarakat terdahulu saat itu. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat Sunda kuno telah mengenal benda langit – astronomis, untuk menunjukkan dan memberi nama-nama waktu dalam satu hari.

Disesi kelas A juga, kita bisa melihat perkembangan roket air buatan yang dilakukan salah satu anggota HAAJ (Ka Ronny Syamara) bersama tim Langit Selatan. Serta roket baru yang diluncurkan bersama bukunya, dengan kebesaran hati beliau diberikan nama Marsiano Launcher dengan maksud mengenang  alm. mas Ian oleh ka Aldino A. Baskoro.

Kelas A di sesi pertama di moderatori Pak Widya Sawitar (pembina HAAJ). Sedangkan sesi kedua di moderatori oleh bapak T. Djamaluddin. Beliau aku kenal dari presentasinya tentang kajian ayat kauniyah dalam beberapa aspek astronomi. Benar-benar subhanallah. Jadi kuputuskan untuk tetap di kelas A sampai akhir presentasi. Di sesi kedua di bahas juga mengenai pengamatan hilal di Indonesia dengan berbagai metode. Di hadiri juga dari BMKG dalam menginformasikan hilal kepada masyarakat selama ini.

Berikut dokumentasinya :


Foto peserta HAI tahun 2009


 
Foto peserta HAI tahun 2011

-       Lita Lestari Utami  -
Lita Lestari Utami

Tanggal 27 Oktober 2011, tepat pukul 08.00 WIB di aula barat ITB tengah diadakan acara seminar pendidikan astronomi dengan tema ‘Astronomi untuk Indonesia : Menuju Terbentuknya Jaringan Pendidikan Astronomi di Indonesia’. Seminar ini diadakan untuk merayakan 60 tahun pendidikan astronomi.

Seminar ini dibuka oleh rektor ITB, Prof. Akhmaloka, Ph.D. dan tentunya dihadiri banyak pemuka astronomi di Indonesia dan yang istimewanya di hadiri pula oleh Dr. Kevin Govender, direktor IAU Global Office of Astronomy for Development. Tentunya diawali dengan cerita bagaimana sejarah pendidikan tinggi astronomi di Indonesia oleh bpk. Prof. Dr. Suhardja D. Wiramihardja.

Dari sekian banyak presentasi yang paling di ingat dan menjadi perhatian adalah presentasi bpk. Mariano Nathanel, S.Si. Yaitu bagaimana pengenalan astronomi di lingkungan sekolah menengah serta presentasi dari bapak Prof. Dr. Eng. Mikrajudon Abdullah dan Dr. Wasis, M.Si yang menerangkan bagaimana Standar Nasional Pendidikan yang terjadi selama ini dan khususnya dalam mengamati posisi ilmu astronomi di dalam standar kompetensi.

Banyak terjadi perdebatan dan saran yang membangun saat presentasi ini. Menyenangkan melihat pertahanan ada atau tidaknya ilmu astronomi dalam subyek tersendiri ataupun tidak. Ada yang memberikan saran untuk di sampaikan di mulok (muatan lokal). Ada juga dari pihak guru yang menyayangkan jika di masukan sebagai materi tambahan di Fisika sedangkan untuk pelaksanaanya dalam pengajaran seorang guru ternyata tetap membutuhkan waktu lebih untuk mengajarkan materi yang telah ada.

Perdebatan ini terjadi ketika Olimpiade Sains Nasional (OSN) mulai menghadirkan OSN ilmu astronomi kedalamanya. Hal ini menjadi perhatian karena sebelumnya memang tidak ada guru yang khusus untuk mempelajari astronomi. Sekedar mempelajari asronomi dengan materi dasar yang di ajarkan di Fisika.

Sesuai dengan tema hari itu Menuju Terbentuknya Jaringan Pendidikan Astronomi di Indonesia, membuat keberadaan ilmu astronomi lebih di perhatikan kembali dengan diadakannya jejaring yang memang akan membahas materi dasar dan silabus seperti apa yang harus ada untuk mempopulerkan ilmu astronomi di semua kalangan. Terbentuknya ide membuat forum guru, penyuluhan astronomi di kalangan SD, SMP dan SMA, membentuk kelompok astronomi di sekolah masing-masing, serta kehadiran perkumpulan astronom amatir yang juga menjadi salah satu cara penyebaran astronomi, dan yang terakhir memberikan penyuluhan di science center yang ada di wilayah Indonesia.

Minat masyarakat sekarang terhadap ilmu astronomi memang luar biasa dan membeludak. Dengan adanya seminar itu membuat kita untuk lebih bangga telah mengenal dan mempelajari ilmu astronomi baik secara professional maupun amatir.
 
Berikut dokumentasinya :

Orang hebat yang aku temuin di HAAJ, dengan basis ke amatirannya aku berharap akan selalu bergerak selamanya dalam jalur hobi dan lebih luas lagi di kenal masyarakat khususnya daerah Jakarta.

Kesempatan melihat astronom professional kayak gini ? wuih, bener-bener kesempatan langka. Meskipun tidak pernah berbicara sama semua beliau yang ada di foto. Menjadi kebanggaan tersendiri menghadiri acara bersama para astronom profesional seperti ini.





Bapak Mariano, yang menurutku keinginan dan perhatiannya terhadap astronomi untuk jenjang pendidikan sangat luar biasa semangatnya. Bisa dilihat dari pertanyaan yang beliau lontarkan sebelum acara ini dan acara sesudahnya dalam pengembangan ilmu di semua jenjang pendidikan. Sampai aku sendiri sedikit takut duduk bersebelahan sama beliau, Karena takut di tanya tanggapan sebagai seorang pelajar juga yang sedang menikmati ilmu ini. Tapi Alhamdulillah beliau baik. Bukan bertanya melainkan meminta tanggapan apa yang di sampaikan di depan cukup dimengerti atau tidak.


Ka Nita, kakak dari HAAJ meskipun baru tapi berani memberikan saran. Meskipun aku tukang nanya kalau ada acara apapun tapi khusus acara dan orang ITB, dari dulu aku tidak pernah berani untuk aktif bertanya karena bukannya saatnya bertanya tapi cukup mendengarkan. Entah alasan apa yang buat aku cukup berdiam diri. Meskipun banyak pertanyaan yang muncul di setiap pembicaraan ataupun acara di ITB. Salutlah buat ka Nita, Kakak ku paling favorit.. ^^



Kalau yang ini aku hanya tau beliau seorang guru dan dengan lantang dan tegas menolak adanya tambahan subyek astronomi secara tersendiri. Apa yang di ungkapkan beliau bisa menjadikan perhatian lebih tentang penempatan ilmu astronomi. Beliau mempertanyakan silabus yang menjadi dasar bacaan baik untuk seorang tenaga pengajar maupun anak didiknya.



Duet presentasi dari BSNP, dengan adanya presentasi ini setidaknya menjelaskan lebih jelas posisi ilmu astronomi sebenarnya di lingkungan pendidikan semua jenjang. Bagaimana seorang penulis buku sekarang di tantang untuk lebih bijak memasukan ilmu astronomi kedalam subyeknya sebagai suatu contoh yang lebih rasional dari pada hanya sebuah perumpamaan sebuah batu atau sebuah ember saja. Keberagaman ilmu astronomi dengan ilmu lainnya membuat perhatian untuk dimasukan sebagai contoh yang lebih konkret karena sekarang mulai terlahir kajian astronomi multi disiplin seperti astrobiologi, astrokimia, dll.

Terakhir, foto bersama semua peserta ‘Seminar Pendidikan Astronomi 2011’


-       Lita Lestari Utami