Lita Lestari Utami
Malam minggu ini, tepat tanggal 10 Desember 2011 kita tidak akan melihat sinar Bulan seperti biasanya. Penampakan langit akan terlihat berbeda dengan fenomena Astronomi dari penampakan Bulan yang dikenal dengan GBT (Gerhana Bulan Total). Jadi bisa dipastikan jangan sampai terlewatkan moment Gerhana Bulan terakhir yang berada di penghujung akhir tahun ini. Jika begitu, mari persiapkan pengamatannya dengan baik. Tapi sebelum kita melihat fenomena GBT malam minggu nanti ada baiknya kita lebih mengenal apa itu Gerhana Bulan Total secara keseluruhan.


Apa Itu Gerhana Bulan ?
Gerhana Bulan terjadi saat sebagian atau keseluruhan penampang Bulan tertutup oleh bayangan Bumi. Hal itu terjadi bila Bumi berada di antara Matahari dan Bulan pada satu garis lurus yang sama. Dengan penjelasan lain, Gerhana Bulan muncul bila Bulan sedang beroposisi dengan Matahari.
Posisi Matahari, Bumi dan Bulan saat terjadi gerhana bulan

Bulan diperkirakan membutuhkan waktu 29,53 hari untuk bergerak dari satu titik oposisi ke titik oposisi lainnya. Maka seharusnya jika terjadi Gerhana Bulan, akan diikuti dengan Gerhana Matahari karena kedua node tersebut terletak pada garis yang menghubungkan antara Matahari dengan Bumi.

Berikut macam-macam Gerhana Bulan : 
a. Gerhana Bulan Total : Pada gerhana ini, Bulan akan tepat berada pada daerah bayangan umbra Bumi.
b. Gerhana Bulan Sebagian : Pada gerhana ini, tidak seluruh bagian Bulan terhalangi dari Matahari oleh Bumi. Sedangkan sebagian permukaan Bulan yang lain berada di daerah penumbra. Sehingga masih ada sebagian sinar Matahari yang sampai ke permukaan Bulan.
c. Gerhana Bulan Penumbra : Pada gerhana ini, seluruh bagian Bulan berada di bagian penumbra. Sehingga Bulan masih dapat terlihat dengan warna yang suram.

 
Bagaimana dengan Gerhana Bulan Total ?
Sebelum kita melihat fenomena Astronomi seperti GBT alangkah baiknya kita mengenal terlebih dahulu tentang definisi dari Gerhana Bulan Total. Gerhana Bulan Total ialah tertutupnya penampang Bulan secara keseluruhan (total) karena tertutup oleh bayangan Bumi. Hal itu terjadi ketika Bumi berada di antara Matahari dan Bulan pada satu garis lurus yang sama (oposisi). Jadi, bisa dikatakan sinar Matahari tidak dapat mencapai Bulan sepenuhnya karena terhalang oleh Bumi.
 
Apa Perbedaan Bulan Purnama dengan Gerhana Bulan ?
Secara posisi Bulan Purnama hampir sama susunannya dengan Gerhana Bulan. Lalu, apa yang membedakannya ? Ternyata kemiringan bidang orbit Bulan terhadap ekliptika sebesar 5.2o yang membuat tidak setiap Bulan baru mengakibatkan terjadinya Gerhana Matahari dan tidak setiap Bulan Purnama akan terjadi Gerhana Bulan. Perpotongan bidang orbit Bulan dengan ekliptika akan memunculkan 2 buah titik potong yang disebut node (titik dimana Bulan memotong bidang ekliptika). Gerhana Bulan ini hanya akan terjadi saat Bulan beroposisi pada node tersebut. Sehingga tidak setiap Bulan purnama bisa di katakan Gerhana Bulan Total. Perpotongan dua bidang tersebut membentuk garis yang berputar di dalam periode 18,6 tahun. Artinya, akan terjadi perulangan gerhana yang dinamakan periode saros. Dalam satu tahun bisa terjadi 5-7 kali gerhana baik Matahari maupun Bulan.
Fase bulan purnama

 
Apa yang menyebabkan warna merah pada penampakan GBT ?
Sebenarnya, pada peristiwa Gerhana Bulan, seringkali Bulan masih dapat terlihat. Ini dikarenakan masih adanya sinar Matahari yang dibelokkan ke arah dalam oleh atmosfer Bumi. Namun lama kelaman sinar tersebut menghilang dan seperti penampakan Bulan baru, Bulan tersebut tidak dapat dilihat secara jelas penampakannya sampai akhirnya ketika memasuki puncaknya (umbra) kita dapat melihat penampakan Bulan yang berwarna merah.

Gerhana Bulan Total akan menghasilkan penampakan Bulan dengan permukaan yang berwarna merah. Hal ini dikarenakan secara bentuk Matahari lebih besar daripada Bumi maka, masih terdapat cahaya Matahari yang masuk di atmosfer dan kemudian dibelokkan ke arah dalam yang akhirnya diterima oleh Bulan. Kebanyakan sinar yang dibelokkan ini memiliki spektrum cahaya merah. Itulah sebabnya pada saat Gerhana Bulan akan tampak berwarna merah tembaga.

Tetapi Gerhana Bulan Total yang kita dapat lihat akhir-akhir ini memiliki warna merah yang lebih gelap hampir menuju ke arah warna merah bata. Hal ini dikarenakan salah satu penyebabnya ialah kualitas udara yang buruk (polusi udara) terjadi di wilayah kita mengamat. Warna yang dihasilkan polusi menyebabkan warna penampakan dari GBT lebih tegas dan lebih gelap.
 
Bagaimana cara mengamati GBT ?
Pada tanggal 10 Desember nanti kita dapat bersiap-siap untuk melihat GBT dimulai sekitar pukul 18.00 hingga 24.00 WIB. Gerhana Bulan dapat kita amati hanya dengan mata telanjang dan tidak akan berbahaya sama sekali. Selain menggunakan mata telanjang, untuk memperjelas penampakan dari Bulan kita dapat menggunakan alat bantuan binokular, teleskop, ataupun jika anda tak sempat keluar rumah dapat menyaksikannya melalui internet (streaming). Jadi silahkan tandai kalender Anda, agar fenomena ini tidak terlewatkan begitu saja.

Bagaimana Cara Membaca Fase GBT ?
Gerhana 10 Desember nanti kita sudah bisa bersiap-siap menyiapkan segala keperluan pengamatan dll. dimulai pukul 18.00 WIB. Bagaimana cara kita melihat kontak yang terjadi pada penampang Bulan? Tentunya kita memerlukan peta ilustrasi yang menggambarkan keadaan tersebut bersama catatan waktunya. Berikut beberapa istilah yang mesti kita ketahui sebelum akhirnya memutuskan menggunakan peta sebagai acuan.

Kontak Awal Penumbra Bumi (P1)
Kontak awal penumbra Bumi atau disebut P1 bisa kita lihat dimulai pukul 18:33:32 WIB. Pada saat itu ditandai dengan masuknya Bulan ke awal bayangan penumbra Bumi. Perubahan yang terjadi adalah berkurangnya kecerlangan dari cahaya Bulan. Namun kita tidak akan dapat membedakannya secara kasat mata. Kecuali memakai teleskop atau peranti elektronik lainnya yang berfungsi membesarkan gambar objek.

Kontak Awal Umbra (U1)
Lalu pada pukul 19:45:42 WIB, Bulan akan masuk ke umbra Bumi (U1). Inilah saat terbaik mengamati gerhana, yaitu ketika Bulan purnama mulai berubah bentuk. Perlahan-lahan tepian Bulan menjadi gelap, seperti bakpao yang di gigit bagian tepinya atau kita sebut sabit sampai akhir berubah penampakannya menjadi gelap semua.

Kontak Total Awal Umbra (U2)
Sedangkan kontak total awal gerhana atau U2 dapat disaksikan pada pukul 21:06:16 WIB. Pada saat puncak gerhana, diperkirakan magnitudonya mencapai 1,1061 sehingga Bulan masih dapat dilihat jelas oleh mata telanjang sekalipun. Di saat inilah penampakkan yang ingin dilihat semua pengamat. Berubahnya Bulan dari yang berwarna gelap berubah sedikit demi sedikt memunculkan warna kemerahannya sampai akhirnya kita akan melihat penampakan Gerhana Bulan Total dengan ciri khasnya yang berwarna merah tembaga (fase mid).

Kontak Total Akhir Umbra (U3)
Untuk kontak total akhir Bulan berada di bayangan umbra Bumi sekitar pada pukul 21:57:24 WIB.

Kontak Akhir Umbra (U4)
Sedangkan kontak akhir umbra (U4) memasuki pukul 23:17:58 WIB. Bulan mulai terlihat samar kembali.

Kontak Akhir Penumbra (P4)
Terakhir, Bulan akan berada di penumbra dan mengakhiri gerhananya yaitu sekitar pukul 00:30:00 WIB. Bulan mengakhiri fase gerhana samarnya yang artinya berakhirlah seluruh fase Gerhana Bulan Total terakhir di Tahun 2011 ini.


Keterangan :
Umbra = Bagian gelap
Penumbra Bagian Samar




Berapa Lama Durasi Gerhana Bulan Total ?
Durasi Penumbra = 05 jam, 56 menit, 28 detik.
Durasi Umbra = 03 jam, 32 menit, 17 detik.
Durasi Gerhana Total = 51 menit, 08 detik.

Setelah mengetahui durasi dari masing-masing fase, berikut beberapa jadwal waktu serta kontak dengan penumbra serta umbra di wilayah Indonesia baik Wilayah Indonesia Bagian Barat (WIB), Wilayah Indonesia Bagian Tengah serta Wilayah Indonesia Bagian Timur (WIT). Berikut jadwal setiap wilayah bagian :

Waktu Indonesia Bagian Barat

Kontak Awal Penumbra Bumi (P1) = 18:33:32 WIB
Kontak Awal Umbra (U1) = 19:45:42 WIB
Kontak Total Awal Umbra (U2) : 21:06:16 WIB
Puncak Gerhana = 21:31:49 WIB
Kontak Total Akhir Umbra (U3) = 21:57:24 WIB
Kontak Akhir Umbra (U4) = 23:17:58 WIB
Kontak Akhir Penumbra (P4) = 00:30:00 WIB


Waktu Indonesia Bagian Tengah
Kontak Awal Penumbra Bumi (P1) = 19:33:32 WITA
Kontak Awal Umbra (U1) = 20:45:42 WITA
Kontak Total Awal Umbra (U2) = 22:06:16 WITA
Puncak Gerhana = 22:31:49 WITA
Kontak Total Akhir Umbra (U3) = 22:57:24 WITA
Kontak Akhir Umbra (U4) = 00:17:58 WITA
Kontak Akhir Penumbra (P4) = 01:30:00 WITA


Waktu Indonesia Bagian Timur

Kontak Awal Penumbra Bumi (P1) = 20:33:32 WIT

Kontak Awal Umbra (U1) = 21:45:42 WIT
Kontak Total Awal Umbra (U2) = 23:06:16 WIT
Puncak Gerhana = 23:31:49 WIT
Kontak Total Akhir Umbra (U3) = 23:57:24 WIT
Kontak Akhir Umbra (U4) = 00:17:58 WIT
Kontak Akhir Penumbra (P4) = 01:30:00 WIT
 
Apa Manfaat Kita Mengetahui Gerhana Bulan Total ?
Banyak sekali aktifitas yang bisa dilihat saat Gerhana Bulan Total dimulai dari beberapa orang menyaksikan dengan mata telanjang hingga yang memakai bantuan teleskop untuk astrofotografi dll. 

Gerhana Bulan menarik untuk diamati dan dipelajari, semisalnya untuk mengecek ketepatan perhitungan koordinat benda langit. Serta secara Astronomi kita dapat mengetahui bahwa Gerhana Bulan berpengaruh akan gaya gravitasi Matahari dan Bulan terhadap Bumi yang menimbulkan pasang laut maksimum.
Ilustrasi laut pasang saat purnama
Selain itu, fenomena GBT juga dapat dijadikan ajang bagi siswa untuk mencoba melakukan pengamatan serta pemotretan dan melakukan analisis pasca pengamatan. Di antara aktivitas yang dapat dilakukan siswa adalah mengamati waktu-waktu kontak yang terjadi.

Ketika Bulan mulai memasuki kontak awal umbra sampai akhir umbra, banyak masjid yang mengumandangkan Allahu Akbar sebagai tanda kebesaran yang diperlihatkan. Di dalam Islam sendiri, ketika Gerhana Bulan sedang berlangsung bagi umat Islam yang melihat atau mengetahui gerhana tersebut di sunnahkan untuk melakukan Salat Gerhana Bulan (salat khusuf). 

 "Telah terjadi gerhana matahari pada hari wafatnya Ibrahim putra Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa sallam. Berkatalah manusia: Telah terjadi gerhana matahari karana wafatnya Ibrahim. Maka bersabdalah Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa sallam "Bahwasanya matahari dan bulan adalah dua tanda dari tanda-tanda kebesaran Allah. Allah mempertakutkan hamba-hambaNya dengan keduanya. Matahari gerhana, bukanlah kerana matinya seseorang atau lahirnya. Maka apabila kamu melihat yang demikian, maka hendaklah kamu salat dan berdoa sehingga selesai gerhana." (HR. Bukhari & Muslim).

Terakhir, pertanda Gerhana Bulan sebenarnya juga di pakai untuk menandakan pertengahan Bulan Rajab yang akan segera hadir. Khususnya perhitungan ini bisa dipakai ketika Gerhana Bulan Total pada bulan Juni lalu. Bisa dikatakan, gerhana merupakan penjaga waktu dalam menentukan kejadian penting di Islam dalam mengkonfirmasi peristiwa-peristiwa sejarah di masa silam.

Bagaimana Cara Mengabadikan Gerhana Bulan Total ?
Untuk mendapatkan hasil yang sesuai diinginkan akan lebih baik bila pengambilan gambar Fenomena Gerhana Bulan Total (GBT) ini menggunakan bantuan teleskop. Dengan adanya teleskop kita dapat memperbesar harga panjang fokus sistem keseluruhan, sehingga mampu memperbesar dan memperkuat cahaya objek tersebut. Oleh karena itu, sangat disayangkan jika teleskop hanya di gunakan untuk melihat tanpa mengabadikan fenomena yang terjadi.

Bagi yang memilki DSLR (kamera yang dapat di atur bukaan lensanya), dapat menggunakan tabel di bawah ini sebagai acuan saat pemotretan. Perlu diketahui foto-foto sejenis kawah dari Bulan tidak dapat terlihat jelas saat gerhana nanti akibat dari kecerlangan Bulan itu sendiri saat memasuki bayangan Bumi. 


Bagi yang ingin merekam seluruh fase dari gerhana bulan total nanti dapat mencoba teknik Multi Expose. Hal yang paling penting untuk dapat merekam semua fase dari gerhana adalah berharap keadaan langit yang akan selalu cerah tidak tertutup awan selama pemotretan berlangsung. Selain itu, persiapkan segala peralatan perekaman fase nanti seperti tripod yang kokoh agar menghasilkan gambar objek yang jelas (tidak blur), lensa yang sesuai dengan rentang waktu pemotretan serta perlu diperhatikan rentangan waktu tiap fase yang ingin di ambil di upayakan supaya gambar objek dari tiap fase tidak terlalu rapat ataupun terlalu renggang. Terakhir, berharap tidak sampai ketinggalan mendapatkan gambar objek paling penting dari keseluruhan fase yaitu saat Mid atau puncaknya.


Teknik multi expose

Dimanakah Bisa Mengamati Gerhana Bulan Total ?
Gerhana Bulan Total di penghujung akhir tahun ini dapat disaksikan di berbagai tempat khususnya kawasan Asia dan Australia. Sedangkan di bagian Eropa  para pengamat tidak dapat melihat fase awal gerhana karena gerhana sudah dimulai sebelum Bulan terbit. Bisa dikatakan masih berada di bawah ufuk. Sedangkan untuk wilayah Amerika Selatan dan Antartika, GBT pada 10 Desember nanti tidak akan terlihat karena posisi bulan yang sudah terbenam.
  
Wilayah pengamatan GBT
Keterangan Gambar :
Eclipse at Moon Set : Gerhana pada saat Bulan terbenam, yaitu gerhana ini tidak akan terlihat benar-benar total karena Gerhana Bulan Totalnya terjadi ketika Bulan berada di bawah ufuk tepatnya sudah terbenam.

No Eclipse Visible : Gerhana tidak terlihat sama sekali, baik ketika Bulan akan memasuki penumbra Bumi.

Eclipse at Moon Rise : Gerhana pada saat Bulan terbit, yaitu wilayah ini tidak dapat menyaksikan kejadian atau proses seutuhnya. Hal ini dikarenakan Gerhana Bulan Total telah terjadi saat terbit.

All Eclipse Visible : Semua fase gerhana terlihat, hal ini yang akan kita rasakan khususnya di wilayah Indonesia. Kita dapat menyaksikan keseluruhan fase dari Gerhana Bulan Total (GBT).



Dilihat dari segi waktunya, hanya Indonesia bagian tengah dan barat saja yang bisa melihat gerhana ini dari awal hingga akhir. Sementara bagian timur Indonesia baru dapat melihat fenomena ini dimulai pukul 20:00:00 WIT dan berakhir lewat tengah malam. Bagian paling menarik dari gerhana ini, yaitu ketika Bulan berada di dalam bayangan umbra Bumi, dapat dilihat utuh dari awal hingga akhir dari seluruh Indonesia. Jadi jangan sampai ketinggalan dan abadikan fenomena ini sebagai cerita kepada yang lainnya melalui astrofotografi.



sumber :
wikipedia dan pertemuan rutin HAAJ tahun 2008.


- Lita Lestari Utami -
Lita Lestari Utami
Mendeteksi Kehidupan
Pencarian air (H2O) dalam basis kehidupan yang kita kenal saat ini sangatlah penting. Pencarian terhadap air sudah sering dilakukan dan dikaji secara teori oleh beberapa ilmuwan khususnya geologi yang kini tergabung dalam ilmu multidisiplin salah satunya kita kenal dengan kajian ilmu astrobiologi. Astrobiologi adalah ilmu multidisiplin untuk memahami asal kehidupan di Bumi dan menentukan potensi kehidupan di tempat lain di alam semesta. Pertanyaan yang sering diajukan beberapa ilmuwan adalah bagaimana kehidupan dimulai dan berkembang, jika telah ditemukan bentuk kehidupan di tempat lain dari kosmos, bagaimana masa depan untuk kehidupan di planet kita. Meskipun pertanyaan-pertanyaan ini menggoda para ilmuwan untuk memiliki imajinasi mengenai kehidupan di tempat lain, peneliti sekarang baru mampu secara sistematis menyelidiki subjek dari berbagai perspektif, termasuk mikrobiologi, astrokimia, evolusi planet, genomik, atmosfer kimia, geobiologi, dan masih banyak lagi.

 
Dilihat dari luar angkasa, daratan di bumi muncul dan terlihat sebagai pulau kecil dalam lautan luas. Meskipun ada air di planet dan satelit lain, tetapi belum ditemukan planet dengan permukan lautan seperti bumi. Ukuran planet, jaraknya dari matahari dan geologi yang terbentuk seakan semua saling berinteraksi menghasilkan hamparan besar air yang kita temukan disini dan hari ini.  

Diketahui air dalam bentuk cair begitu penting bagi semua bentuk kehidupan, maka pencarian kehidupan lain di alam semesta berpusat pada pencarian air. Beberapa ahli geologi berpikir bahwa gunung berapi meletus akan menghasilkan uap air dan gas-gas lainnya yang kemudian membentuk awal lautan di bumi kita. Beberapa ahli geologi lain mempercayakan bahwa setidaknya beberapa dari lautan yang ada di bumi berasal dari komet dan meteorit yang mengandung air pada saat planet dalam usia muda. Hal ini diperkuat dengan ditemukannya sebuah meteorit yang ditemukan di Texas yang mengandung sejumlah air yang terkandung dalam Kristal halit. Kandungan yang seperti ini dipercaya hadir sekitar 4,5 miliar tahun yang lalu ketika sistem tata surya sedang dalam tahap pembentukkan. Dalam kristal tersebut dtemukan beberapa bakteri tua yang tertangkap diantaranya.

Para ilmuwan yang mempelajari meteorit, terutama yang kaya akan karbon menemukan bahwa terdapat kandungan air sebesar 20% dari sampel yang mereka miliki. Bukti ini menunjukkan bahwa kemungkinan air terlebih dahulu hadir sebelum bumi terbentuk dan berasal dari benda luar angkasa. Bagaimanapun asalnya, air pertama yang hadir di bumi dalam bentuk uap yang tergantung bebas di atas permukaan planet yang masih panas. Setelah kerak bumi mulai mendingin, uap air mulai terkondensasi menjadi hujan dan kemudian berbaliklah sebuah planet yang tandus kini menjadi apa yang para astronot lihat yaitu planet biru. 
 
Saat ini kita bisa menemukan banyak air di Bumi. Tetapi sebagian besar sekitar 97% adalah air tanpa pengolahan dalam artian tidak untuk diminum atau dipakai karena 2% air terkunci dalam es (air bawah tanah, sungai, danau , dan gunung es yang ada di kutub Bumi). Air dalam bentuk es dapat ditemukan di satelit Jupiter yaitu Europa yang diyakini memilki kandungan air lebih banyak daripada bumi.
  
Air adalah senyawa dengan dua bagian hidrogen dan satu bagian oksigen. Tidak seperti beberapa planet besar seperti Jupiter (Hidrogen berlimpah), massa gravitasi Bumi tidak cukup untuk menahan hidrogen. Sebagian besar dari itu melarikan diri ke ruang angkasa. Sebagai elemen paling ringan, hidrogen membutuhkan elemen berat untuk menangkap dan menahan sebagai jangkar. Oksigen, belerang, dan karbon semua bertindak sebagai jangkar tersebut. Ketika dua atom hidrogen dihubungkan dengan atom oksigen, mereka berbagi elektron dan hasilnya adalah air. Molekul airpun cukup ringan untuk menjadi udara dan dengan demikian menguap dan beredar di atmosfer.


Matahari, bulan, rotasi bumi semua dalam keadaan tetap sedangkan air terus bergerak, beredar melalui lautan dan atmosfer kita. Hampir satu triliun ton air terus menguap setiap harinya karena akibat reaksi dari panas matahari. Kemudian uap tersebut mengembun dan jatuh lagi sebagai hujan air, hujan es, dan salju. Meskipun jumlah air di bumi terlihat konstan secara angka tapi keberadaannya tidaklah merata. Air mengalir di sungai, mengendap di tanaman, dan merayap melalui tanah menjadi akuifer yang luas di bawah permukaan bumi kita. Para ilmuwan memperkirakan bahwa 75% dari 99% air di bumi di simpan dalam akuifer yang luas di bawah permukaan bumi. 75% merupakan gabungan dari anak sungai, sungai dan danau jika di gabungkan. Tetapi di banyak tempat seperti afrika air merupakan komoditi yang langka. Baru dapat ditemukan di daerah lapisan bahwa tanah batuan yang berpori, seperti batu berpasir, dimana air terjebak di antara partikel. Cadangan air seperti ini bisa di jadikan sebagai sumber yang mampu mencakup ribuan kilometer persegi mata air dan sumur di seluruh dunia.


Peranan Air
“Semua Organisme di Bumi Memerlukan Air untuk Bertahan”. Hal ini dimaksudkan bahwa air merupakan elemen penting agar fungsi sel tetap terjaga sebagaimana mestinya. Tanpa air dalam bentuk mineral, maka bahan makanan (nutrient) dan garam tidak bersirkulasi dengan baik, yang kemudian akan pecah dan bergabung dengan cairan lainnya. Baik tanaman maupun hewan, akan melakukan sekresi, mengairi sel, melarutkan mineral, melakukan impuls, pelarutan kalsium dalam tulang, dan hidrat jaringan semuanya memerlukan bantuan air.

Bahkan oksigen yang kita hirup adalah hasil dari air. Tanaman menggunakan energi matahari dan air untuk bergabung hidrogen dengan karbon untuk menghasilkan makanan mereka. Kegiatan ini melepaskan atom oksigen ke atmosfer. Namun, tidak semua air yang digunakan untuk produksi makanan. Air melewati tanaman dengan kecepatan tinggi. Misalnya pohon willow, membutuhkan lebih dari 18.925 liter (5.000 gal) air selama musim panas. Tanaman kehilangan air penguapan melalui ratusan ventilasi kecil yang dikenal sebagai stomata. Hasilnya adalah air laut yang tertinggal di udara.


Langkah dalam Pemahaman Kajian Astrobiologi

Material Awal Sebagai Bahan Organik
Mengungkap misteri kehidupan adalah tugas yang rumit. Untuk memahami bagaimana kehidupan muncul di planet ini, para ilmuwan sedang memeriksa di mana bahan organik yang dikatakan sebagai prasyarat untuk hidup berasal. Terutama dalam mempelajari atmosfer awal Bumi, sistem hidrotermal, dan bahkan materi dari ruang angkasa seperti meteorit yang di jadikan kandidat kehidupan juga.

Pembentukkan Sistem Kehidupan Kompleks
Proses di mana bahan kimia dan energi saling berinteraksi membentuk sistem kehidupan yang kompleks di analisis dalam bidang ilmu astrobiologi. Para peneliti mencoba untuk menentukan  aturan yang mendasarinya yang memungkinkan molekul saling berinteraksi dan membentuk sistem selular dalam berbagai lingkungan. Para peneliti tersebut mengeksplorasi interaksi kimia yang berbeda antara sistem kehidupan, serta penemuan organisme dalam catatan fosil.

Evolusi Kehidupan dan Planet Bumi
Seperti kehidupan di lingkungan planet ini, perubahan lingkungan juga perlu di respon. Para peneliti kini sedang memeriksa evolusi ini dengan mempelajari apa yang memotivasi perubahan dan bagaimana hasil evolusi pada molekul dalam skala waktu, organisme, dan dalam ekosistem. Mereka melihat genom mikroorganisme yang memiliki perbedadan, berharap untuk menemukan faktor genetik dan lingkungan yang mempengaruhi keanekaragaman hayati.

Kehidupan di Lingkungan Ekstrim

Sampai saat ini, beberapa tempat di Bumi yang dianggap terlalu keras untuk kehidupan yang ada. Anehnya meskipun hidup di lingkungan ekstrim, termasuk danau es padat di Antartika, batuan bawah tanah, mata air mendidih, dan tinggi-tekanan, suhu tinggi berventilasi hidrotermal di dasar laut, semuanya telah ditemukan untuk pelabuhan hidup organisme. Para ilmuwan melihat adaptasi yang diperlukan untuk hidup di daerah-daerah ekstrim dan penggunaan informasi sebagai analog untuk mencari lokasi yang mungkin untuk kehidupan di dunia lain seperti Mars dan Europa satelit Jovian.

Jejak Kehidupan
Sebagai kondisi yang dibutuhkan untuk kehidupan muncul semakin dipahami. Peneliti mampu membangun senyawa bio-molekul sebagai jejak dan isotop yang mengindikasikan adanya kehidupan. Dengan adanya jejak kehidupan seperti ini membantu para peneliti dalam mengumpulkan teka-teki kehidupan di Bumi dan memberikan petunjuk untuk menemukan tempat lain.

Kehidupan di Mars
Para peneliti terus mencari bukti kehidupan masa lalu dan sekarang di Mars. Misi masa depan robot akan dapat membawa kembali sampel untuk analisis, dan studi lanjutan dari meteorit Mars dan akan membantu menguak sisi lingkungan Mars serta organisme masa lalu yang ramah terhadap hidup.

Planet di Sekitar Bintang Lain
Dalam lima tahun terakhir, beberapa planet baru sering di temukan di luar tata surya kita sebesar Jupiter dan Saturnus. Secara perlahan, para ilmuwan terus melakukan investigasi secara halus dalam beberapa penelitiannya untuk menemukan planet yang lebih kecil mirip seperti bumi yang mengorbit bintang–bintang jauh.

Pencarian Air
Peneliti mencoba untuk memahami bagaimana planet atau bulan memperoleh dan menyimpan air yang tampaknya penting sebagai sumber daya bagi kehidupan untuk tumbuh dan berkembang. Beberapa teoripun sedang mulai dikembangkan untuk menentukan komponen dan proses yang diperlukan untuk membentuk basis dalam tubuh. Dengan profil air seperti bumi akan membantu kita menemukan mengapa Bumi memiliki banyak air dan menemukan dunia yang mirip dengan kita (Bumi).

Masa Depan Bumi
Dalam memecahkan kode asal usul kehidupan, Astrobiologi berusaha untuk mencari tahu bagaimana masa depan bagi kehidupan di planet kita. Untuk melakukan hal ini, peneliti harus meneliti bagaimana ekosistem serta menanggapi berbagai gangguan listrik pada tingkat global dan lokal. Studi ini akan membantu mengidentifikasi apa yang mungkin terjadi jika perubahan lingkungan terjadi lebih cepat daripada kemampuan kehidupan untuk beradaptasi.

Upaya Kolonisasi
Untuk memahami bagaimana kehidupan dan bagaimana kita dapat menyesuaikan diri dengan situasi di luar planet kita, ilmuwan akan terus menguji adaptasi organisme Bumi dengan kondisi gravitasi rendah, dan lingkungan dengan radiasi tinggi. Misi seperti stasiun ruang angkasa, akan menyediakan laboratorium yang diperlukan untuk memperluas percobaan ini.

Pencegahan Kontaminasi
Setiap kali kami mengunjungi sebuah badan luar angkasa dipastikan akan adanya potensi kontaminasi. Penyidik ​​sekarang mengembangkan pedoman untuk melindungi semua lokasi terhadap kemungkinan ini. Mereka juga mencoba memahami mekanisme yang dapat memungkinkan kehidupan untuk bermigrasi secara alami dari satu benda angkasa yang lain.

Pembentukkan Teknologi Baru
Karena alam semesta kita begitu luas, masalah belajar Astrobiologi dapat dipecahkan hanya dengan teknologi dan metode yang lebih canggih. Dengan adanya ketersediaan alat baru, para ilmuwan akan membuat langkah besar dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan mendasar tentang peran kehidupan di alam semesta kita.


- Lita Lestari Utami -
Lita Lestari Utami
Sehari setelah seminar pendidikan astronomi Indonesia, pada tanggal 27 Oktober 2011 di tempat yang sama yaitu, aula barat ITB diadakan seminar HAI (Himpunan Astronomi Indonesia) 2011. Acara ini dilaksanakan dua tahun sekali. Alhamdulillah dua tahun tahun lalu pun (tahun 2009) mengikutinya sebagai pelajar SMA dan sekarang mengikuti kembali (tahun 2011) sebagai mahasiswa.

Acara ini dibagi dua ruang yaitu kelas A dan kelas B. Tepat di kelas A untuk materi popularisasi dan promosi astronomi. Sedangkan kelas B di isi dengan materi yang cukup berat (bagi yang memang mengerti) karena kita akan mendengar hasil-hasil TA (Tugas Akhir) para mahasiswa dan penelitian lanjut dari beberapa para astronom profesional.

Sebenarnya sangat di sayangkan jika tidak melihat dan duduk mendengar materi di kelas B. Karena kesempatan mendengarlkan materi berat dan belum pernah di dengan sebagai amatir bisa kita dengar saat itu juga. Tapi entah kenapa lebih tertarik dari awal di kelas A. Karena jujur dari bahasa dan alur, akan lebih dimengerti dan sebagai orang yang suka menulis dirasakan akan lebih baik tetap berada dikelas ini.

Di kelas A, presentasi pertama di buka dari komunitas astronomi bandung yang dikenal dengan sebutan Langit Selatan. Senang rasanya telah mengenal beliau semua yang tergabung di komunitas tersebut. Sangat-sangat ramah dan bisa di bilang tidak membedakan antara yang sudah profesional dengan yang amatir seperti saya ^^ khususnya mas Sungging. Langit Selatan merupakan komunitas dengan eksistensinya menyebarkan ilmu astronomi secara cuma-cuma di dunia maya. Keinginan ku menulis seperti ka Avivah benar-benar menjadi inspirasi. Meskipun setiap tulisan ku bersifat sederhana dan tidak dipenuhi dengan istilah astronomi berat. Tapi dengan melihat kemampuan dan niat kakak di Langit Selatan yang mau menyebarkan ilmu secara gratis. Membuat semangat ku menulis jadi lebih pede. Meskipun yang baru bisa aq hadirkan adalah materi dasar sesuai dengan kesimpulan dari sebuah bacaan yang aku baca (kesimpulannya semoga artikelnya jauh dari kesalahan… hhe).

Benar saja, selama mendengar materi di kelas A banyak sekali yang ingin dibahas dan berkeinginan untuk dibuat artikelnya, termasuk perhatian ku terhadap ‘Astronomi dalam Budaya Sunda’ yang dipaparkan bapak Suhardja D. Wiramihardja. Betapa banyak info yang sebelumnya tidak diketahui mengenai kebudayaan ini yang bercampur dengan kajian astronomisnya.

Sedikit saja dibahas, di budaya Sunda tidak hanya dikenal dengan sebutan ninik antehnya saja tapi ada penetuan waktu selama dua puluh empat jam dengan melihat dan mendegar kejadian alam disekitar masyarakat terdahulu saat itu. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat Sunda kuno telah mengenal benda langit – astronomis, untuk menunjukkan dan memberi nama-nama waktu dalam satu hari.

Disesi kelas A juga, kita bisa melihat perkembangan roket air buatan yang dilakukan salah satu anggota HAAJ (Ka Ronny Syamara) bersama tim Langit Selatan. Serta roket baru yang diluncurkan bersama bukunya, dengan kebesaran hati beliau diberikan nama Marsiano Launcher dengan maksud mengenang  alm. mas Ian oleh ka Aldino A. Baskoro.

Kelas A di sesi pertama di moderatori Pak Widya Sawitar (pembina HAAJ). Sedangkan sesi kedua di moderatori oleh bapak T. Djamaluddin. Beliau aku kenal dari presentasinya tentang kajian ayat kauniyah dalam beberapa aspek astronomi. Benar-benar subhanallah. Jadi kuputuskan untuk tetap di kelas A sampai akhir presentasi. Di sesi kedua di bahas juga mengenai pengamatan hilal di Indonesia dengan berbagai metode. Di hadiri juga dari BMKG dalam menginformasikan hilal kepada masyarakat selama ini.

Berikut dokumentasinya :


Foto peserta HAI tahun 2009


 
Foto peserta HAI tahun 2011

-       Lita Lestari Utami  -
Lita Lestari Utami

Tanggal 27 Oktober 2011, tepat pukul 08.00 WIB di aula barat ITB tengah diadakan acara seminar pendidikan astronomi dengan tema ‘Astronomi untuk Indonesia : Menuju Terbentuknya Jaringan Pendidikan Astronomi di Indonesia’. Seminar ini diadakan untuk merayakan 60 tahun pendidikan astronomi.

Seminar ini dibuka oleh rektor ITB, Prof. Akhmaloka, Ph.D. dan tentunya dihadiri banyak pemuka astronomi di Indonesia dan yang istimewanya di hadiri pula oleh Dr. Kevin Govender, direktor IAU Global Office of Astronomy for Development. Tentunya diawali dengan cerita bagaimana sejarah pendidikan tinggi astronomi di Indonesia oleh bpk. Prof. Dr. Suhardja D. Wiramihardja.

Dari sekian banyak presentasi yang paling di ingat dan menjadi perhatian adalah presentasi bpk. Mariano Nathanel, S.Si. Yaitu bagaimana pengenalan astronomi di lingkungan sekolah menengah serta presentasi dari bapak Prof. Dr. Eng. Mikrajudon Abdullah dan Dr. Wasis, M.Si yang menerangkan bagaimana Standar Nasional Pendidikan yang terjadi selama ini dan khususnya dalam mengamati posisi ilmu astronomi di dalam standar kompetensi.

Banyak terjadi perdebatan dan saran yang membangun saat presentasi ini. Menyenangkan melihat pertahanan ada atau tidaknya ilmu astronomi dalam subyek tersendiri ataupun tidak. Ada yang memberikan saran untuk di sampaikan di mulok (muatan lokal). Ada juga dari pihak guru yang menyayangkan jika di masukan sebagai materi tambahan di Fisika sedangkan untuk pelaksanaanya dalam pengajaran seorang guru ternyata tetap membutuhkan waktu lebih untuk mengajarkan materi yang telah ada.

Perdebatan ini terjadi ketika Olimpiade Sains Nasional (OSN) mulai menghadirkan OSN ilmu astronomi kedalamanya. Hal ini menjadi perhatian karena sebelumnya memang tidak ada guru yang khusus untuk mempelajari astronomi. Sekedar mempelajari asronomi dengan materi dasar yang di ajarkan di Fisika.

Sesuai dengan tema hari itu Menuju Terbentuknya Jaringan Pendidikan Astronomi di Indonesia, membuat keberadaan ilmu astronomi lebih di perhatikan kembali dengan diadakannya jejaring yang memang akan membahas materi dasar dan silabus seperti apa yang harus ada untuk mempopulerkan ilmu astronomi di semua kalangan. Terbentuknya ide membuat forum guru, penyuluhan astronomi di kalangan SD, SMP dan SMA, membentuk kelompok astronomi di sekolah masing-masing, serta kehadiran perkumpulan astronom amatir yang juga menjadi salah satu cara penyebaran astronomi, dan yang terakhir memberikan penyuluhan di science center yang ada di wilayah Indonesia.

Minat masyarakat sekarang terhadap ilmu astronomi memang luar biasa dan membeludak. Dengan adanya seminar itu membuat kita untuk lebih bangga telah mengenal dan mempelajari ilmu astronomi baik secara professional maupun amatir.
 
Berikut dokumentasinya :

Orang hebat yang aku temuin di HAAJ, dengan basis ke amatirannya aku berharap akan selalu bergerak selamanya dalam jalur hobi dan lebih luas lagi di kenal masyarakat khususnya daerah Jakarta.

Kesempatan melihat astronom professional kayak gini ? wuih, bener-bener kesempatan langka. Meskipun tidak pernah berbicara sama semua beliau yang ada di foto. Menjadi kebanggaan tersendiri menghadiri acara bersama para astronom profesional seperti ini.





Bapak Mariano, yang menurutku keinginan dan perhatiannya terhadap astronomi untuk jenjang pendidikan sangat luar biasa semangatnya. Bisa dilihat dari pertanyaan yang beliau lontarkan sebelum acara ini dan acara sesudahnya dalam pengembangan ilmu di semua jenjang pendidikan. Sampai aku sendiri sedikit takut duduk bersebelahan sama beliau, Karena takut di tanya tanggapan sebagai seorang pelajar juga yang sedang menikmati ilmu ini. Tapi Alhamdulillah beliau baik. Bukan bertanya melainkan meminta tanggapan apa yang di sampaikan di depan cukup dimengerti atau tidak.


Ka Nita, kakak dari HAAJ meskipun baru tapi berani memberikan saran. Meskipun aku tukang nanya kalau ada acara apapun tapi khusus acara dan orang ITB, dari dulu aku tidak pernah berani untuk aktif bertanya karena bukannya saatnya bertanya tapi cukup mendengarkan. Entah alasan apa yang buat aku cukup berdiam diri. Meskipun banyak pertanyaan yang muncul di setiap pembicaraan ataupun acara di ITB. Salutlah buat ka Nita, Kakak ku paling favorit.. ^^



Kalau yang ini aku hanya tau beliau seorang guru dan dengan lantang dan tegas menolak adanya tambahan subyek astronomi secara tersendiri. Apa yang di ungkapkan beliau bisa menjadikan perhatian lebih tentang penempatan ilmu astronomi. Beliau mempertanyakan silabus yang menjadi dasar bacaan baik untuk seorang tenaga pengajar maupun anak didiknya.



Duet presentasi dari BSNP, dengan adanya presentasi ini setidaknya menjelaskan lebih jelas posisi ilmu astronomi sebenarnya di lingkungan pendidikan semua jenjang. Bagaimana seorang penulis buku sekarang di tantang untuk lebih bijak memasukan ilmu astronomi kedalam subyeknya sebagai suatu contoh yang lebih rasional dari pada hanya sebuah perumpamaan sebuah batu atau sebuah ember saja. Keberagaman ilmu astronomi dengan ilmu lainnya membuat perhatian untuk dimasukan sebagai contoh yang lebih konkret karena sekarang mulai terlahir kajian astronomi multi disiplin seperti astrobiologi, astrokimia, dll.

Terakhir, foto bersama semua peserta ‘Seminar Pendidikan Astronomi 2011’


-       Lita Lestari Utami