Lita Lestari Utami
Tanggal 23 Juli 2011, HAAJ (Himpunan Astronomi Amatir Jakarta) seperti biasa mengadakan pertemuan rutin ke – 15 di ruang kelas, Planetarium Jakarta.  Pertemuan rutin ini dimulai pada pukul 16.30 WIB. Pertemuan rutin kali ini sangat menarik karena dalam menyambut bulan ramadhan kita diajarkan bagaimana menentukan awal bulan ramadhan dengan perhitungan hisab dan rukyat. Tidak hanya dalam perhitungan ramadhan saja tetapi perhitungan lainnya seperti syawal dan dzulhijjah serta simulasi pergerakan bulan. Materi kali ini disampaikan oleh Pak Cecep Nurwendaya dan Ka Azis sebagai moderator kembali. 
Gambar 1. Pak Cecep Nurwendaya Memaparkan Materi Hisab Rukyat.
Peserta yang hadirpun cukup banyak dan hampir memenuhi ruang kelas. Mayoritas yang hadir adalah siswa SMA yang pernah mengikuti OSN Astronomi dan beberapa kelompok Astronomi pun juga turut hadir dalam pertemuan. Berikut foto kegiatan saat materi berlangsung:
Gambar 2. Suasana Saat Berlangsungnya Materi.
Materi hisab rukyat bukanlah materi yang mudah dimengerti sebagian kalangan. Perlu adanya pemahaman lebih dalam memahami materi, dikarenakan banyak peristilahan yang muncul untuk menjelaskan materi ini. Apa yang kita ketahui tentang hisab rukyat? Berikut materi singkat mengenai hisab rukyat yang disampaikan oleh Pak Cecep sebagai pemateri.

Dalam menentukkan sistem waktu, umat islam menggunakan kalender berbasis pergerakan bulan. Sistem penanggalan ini dinamakan kalender qomariah dan dalam penyebutannnya disebut tahun hijriah. Pada praktiknya, sistem penanggalan qomariah ini dilakukan dengan sebuah ritual mengamati salah satu fase bulan yang paling awal yang disebut dengan hilal. Ritual pengamatan hilal didasarkan pada sebuah perhitungan yang dalam islam disebut dengan hisab. Karena itulah, dua istilah tersebut, hisab dan rukyat, sangat populer dalam kaitannya dengan sistem penanggalan islam.

Kaitannya dengan hisab, di sinilah  perhitungan astronomis digunakan. Oleh karena itu, benar adanya bahwa ajaran islam menggunakan ilmu-ilmu sains seperti astronomi. Di dalam hisab itu sendiri, terdapat banyak sekali sistem perhitungan yang digunakan. Mulai dari yang tradisional berbasis kitab-kitab kuning (kitab-kitab yang biasa digunakan di pesantren-pesantren islam tradisional) hingga perhitungan matematis kontemporer yang bersumber dari instansi-instansi yang terkait, seperti badan antariksa atau sistem navigasi angkatan laut.
 
Setelah perhitungan hisab tersebut diketahui, kemudian digunakan sebagai bahan acuan untuk melaksanakan kegiatan rukyat hilal. Pada pelaksanaannya, kita tidak perlu lagi merasa bingung di mana kiranya letak hilal berada. Dari hasil perhitungan tersebut kita dapat menentukan perkiraan posisi dari hilal tersebut meskipun masih belum terlihat. Hal itu pasti akan sangat membantu dan mempermudah kerja pengamat hilal dan meningkatkan peluang terlihatnya hilal dalam penentuan penanggalan hijriah.

Hilal yang dimaksud disini adalah sebuah fase bulan sesaat setelah konjungsi, yaitu setelah bulan berada satu garis lurus diantara bumi dan matahari, di mana saat konjungsi terjadi, tidak ada sedikit pun cahaya matahari yang mengenai permukaan bulan yang menghadap bumi. Maka, fase hilal adalah fase di mana cahaya matahari pertama kali mengenai permukaan bulan yang menghadap bumi. Secara umum, kita menyebutnya bulan sabit, tapi yang menjadi kriteria di sini adalah bulan sabit yang paling muda usianya (fase paling awal di mana sinar matahari pertama kali menyentuh permukaan bulan yang menghadap bumi). Maka, penampakkan hilal itulah yang menjadi awal dari bulan dalam penanggalan hijriah.

Berdasarkan materi singkat di atas timbul banyak pertanyaan dibenak para peserta yang hadir dalam pertemuan ini. Seperti biasa, peserta pertemuan rutin berkesempatan menyampaikan beberapa pertanyaan seputar perhitungan maupun pengamatan secara hisab rukyat kepada pemateri. Antusias dari peserta dapat dilihat dari paparan beberapa foto yang di tampilkan dari banyaknya jumlah penanya. Berikut peserta yang aktif bertanya seputar pengamatan hisab dan perhitungan secara rukyat dan peserta yang hadir saat petemuan:
Gambar 3. Peserta yang Aktif Bertanya Saat Sesi Tanya-Jawab.

Gambar 4. Peserta yang Hadir Saat Materi Berlangsung.
Apa yang bisa kita dapat dari materi ini sungguh banyak manfaatnya ketika penetapan memasuki bulan ramadhan dan bulan lainnya, kita sudah mampu meraba kapan peristiwa-peristiwa tersebut akan terjadi. Tetapi dengan mengertinya kita terhadap perhitungan seperti ini, adakalanya kita bijak dalam memahami setiap keputusan yang dikeluarkan oleh pemerintah tanpa membuat kegaduhan yang bisa terjadi karena telah mengertinya kita dalam perhitungan maupun secara pengamatannya. Alangkah baiknya dengan menunjukan jiwa astronom amatir kita dengan cara berbagi ilmu dengan yang lainnya mengenai Hisab Rukyat yang pernah kalian dengar khususnya dalam pertemuan rutin HAAJ.


Penulis : Lita Lestari Utami
Lita Lestari Utami
Tepat tanggal 9 Juli 2011, HAAJ (Himpunan Astronomi Amatir Jakarta) seperti biasa  mengadakan pertemuan rutin yang ke – 14 dengan materi ‘Kosmologi’ bertempatkan di ruang kelas, Planetarium Jakarta. Pertemuan rutin ini seperti biasa dimulai pukul 16.30 WIB. Pemateri yang dihadirkan kali ini pun tidak biasa karena beliau salah satu alumni mahasiswa astronomi ITB serta pembina dari Forum Pelajar Astronomi yang juga merupakan forum binaan dari HAAJ, yaitu Mas Gabriel Iwan Prasetyo. Beliau pun berkenan menyempatkan diri untuk berbagi ilmu sesuai dengan paper yang telah dibagikan kepada para peserta dengan judul ‘Kosmologi : Alam Semesta yang Coba Dipahami Manusia’.

Berikut foto suasana disaat materi berlangsung. Bisa terlihat peserta yang hadir saat pertemuan cukup banyak dan hampir memenuhi kelas pertemuan rutin kali ini. Peserta yang hadir berkisar 29 orang dan cukup beragam dari berbagai kalangan umur dan instansi serta ada yang berkenan membawa keluarganya untuk menghadiri pertemuan kali ini. Pertemuan rutin kali ini di pandu oleh ka Azis selaku moderator.
 
Gambar 1. Peserta yang hadir saat pertemuan rutin. Kredit foto: Ka Rayhan.

Sekilas mengenai permulaan alam semesta dijelaskan dengan sangat baik karena dengan gaya presentasinya Mas Gaby para peserta dapat mengetahui dan mengerti apa yang memulainya sehingga alam semesta terbentuk, bagaimana alam semesta bisa menciptakan objek – objek di dalamnya termasuk kita sebagai manusia serta bagaimana ruang dan waktu terbentuk hingga akhirnya menjelaskan teori yang sampai saat ini menjadi perhatian para astronom di dunia bahwa alam semesta kita mengembang. Tidak hanya mengembang tetapi dipercepat. Apa pengaruhnya bagi kita dan sudah sejauh mana teori tersebut dibenarkan semua dijelaskan dalam sesi ini.

Gambar 2. Mas Gaby (pemateri) sedang menjelaskan konsep alam semesta mengembang.


Setelah pemaparan materi mengenai ‘Kosmologi’ telah selesai, para peserta diajak untuk berdiskusi dan segera mengajukan pertanyaan – pertanyaan yang telah disimpan selama materi berlangsung. Berikut para peserta pertemuan rutin yang hadir dan bertanya seputar pengembangan alam semesta yang dipercepat serta penempatan kosmologi dalam bidang ilmu paham bukan sebagai ilmu sains.
Gambar 3. Peserta yang berpartisipasi dalam sesi tanya - jawab.
Selain peserta di atas masih ada pertanyaan – pertanyaan tambahan yang datang dari peserta lainnya dalam pemahaman kosmologi dari sisi filsafat. Pertanyaan yang dilontarkan kali ini benar – benar menyita perhatian dari seluruh para peserta yang hadir dan tak luput juga pemateri pun terbawa dalam pengumpamaan alam semesta dari kacamata filsafat.

Lontaran pertanyaan dari para peserta tak luput dari peran Ka Azis (moderator) untuk memanasi pertemuan kali ini dengan pertanyaan terakhir, yaitu ‘Kenapa alam semesta bisa berasal dari sebuah titik dan apakah keistimewaan titik ini?’. Diskusi lanjut terjadi sampai ada salah satu peserta yang mencoba untuk menjawab dan akhirnya kembali lagi terhadap siapa yang mencipta.

Gambar 4. Ka Azis (moderator).
Setelah sesi tanya – jawab selesai, peserta di ajak tenang kembali setelah sesi tanya – jawab cukup membuat suasana semakin panas. Salah satu peserta yang hadir secara acak dipilih untuk menceritakan kegiatan dan kejadian astronomi yang telah terjadi selama dua minggu ini. Terpilihlah Bagus sebagai salah satu peserta yang akan menceritakan kejadian astronomi apa yang ia lihat atau dikerjakan selama dua minggu ini. Cerita star party IPB 1 yang diselenggarakan HAAJ pada awal tahun dan peristiwa Gerhana Bulan Total (GBT) kemarin menjadi pilihan cerita astronomi yang ia alami tidak dalam dua minggu ini, tapi yang berkesan untuknya sebagai newbie dalam astronomi. 

Gambar 5. Bagus (peserta pertemuan rutin HAAJ) bercerita pengalamannya seputar astronomi.
Setelah sesi pertemuan rutin selesai masih ada lagi kelanjutan diskusi yang lebih dalam lagi mengenai kosmologi. Disini peserta yang hadir diberi sebuah kasus ‘Jika diberi kesempatan memilih akan memilih kondisi alam semesta yang seperti apa? Apakah Big Crunch? Steady State? Atau Mengembang?’

Seperti biasa terbentuk dua kelompok yang saling berbeda pendapat. Dimana kelompok pertama dengan jubir (juru bicara) Arreza mengatakan lebih memilih big crunch berdasarkan fakta yang ada. Berbeda halnya dengan kelompok lain yaitu Ka Ilham dan temannya yang lebih menyukai alam semesta kita untuk mengembang tanpa ditambah kasus adanya dipercepat. Berikut paparan suasana ketika diskusi terjadi:

Gambar 6. Kelompok dengan pilihan 'Big Crunch'

Gambar 7. Kelompok dengan pilihan alam semesta mengembang.
Berdasarkan diskusi tersebut Mas Gaby mencoba memberikan fakta yang sebenarnya bahwa bagi astronom sekarang mereka lebih menyukai alam semesta dalam kondisi Big Crunch. Dengan alasan mereka dapat mempelajari lebih dalam lagi mengenai proses pembentukkan alam semesta yang berasal dari peristiwa yang kita kenal, yaitu BIG BANG. Tetapi tidak disalahkan juga karena pada kenyataannya alam semesta kita mengembang meskipun dengan mengembangnya alam semesta justru membuat lambat laun semua ikatan yang terjadi termasuk pada atom pun bisa hilang dan menyebabkan ketidakseimbangan pada alam semesta kita.

Ternyata, kemampuan manusia untuk memahami alam semesta kita ternyata masih jauh dari perkiraan terdahulu. Saatnya bagi kita merenungkan kembali sebesar apa alam semesta kita ini dan seberapa jauh kita memahami alam jagat raya ini dan siapakah kita bagi alam semesta ini… :)

- Salam Astronomi -